Rabu, 25 Juli 2012

DURHAKA SEORANG ANAK TIRI Karya Anindyah Ayu


April, ikut mamah yuk?” ajak mamah April pada April yang tengah asyik menonton kartun kesukaannya, Crayon shincan. “Kemana mah?” tanya April kepada mamahnya tanpa melepas pandangannya dari layar televisi. “Biasa mamah mau ke pasar, ikut gak ? bantuin mamah donk. Mamah mau masak ayam goreng nih, kesukaan kamu kan, sayang ?” bujuk sang mamah kepada April supaya April mau ikut dan membantunya. “apa mah,? Ayam goreng ? mau banget donk. Lagi pula shincannya juga udah abis” jawab April langsung bangkit dari sofa dan mematikan televisi. “ayo mah. April udah siap. April juga udah laper nih. April gak sabar mau masak ayam terus makan deh. Heheheh....” ajak April pada mamahnya sambil tersenyum manja. Mamahnya pun mengangguk dan tersenyum melihat kelakuan anak semata wayangnya ini yang manja. April dan mamahnya pun pergi kepasar bersama. Ditengah perjalanan April melihat seorang pedagang es krim yang berada di sebrang jalan yang menarik perhatianya. “mamah, aku mau itu, es krim mah.” Kata April seraya menunjuk pedagang es krim tersebut. “Yasudah, mamah aja yang beli. Kamu tunggu sini ya. Jangan kemana-mana. Mamah mau nyebrang dulu.” Ucap sang mamah kepada April seraya berjalan menyebrangi jalan meninggalkan April. Namun, tanpa disadarinya sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi, dan akhirnya menabrak mamah April yang sedang menyebrang. Dan kejadian itu merenggut nyawa mamah April seketika. “Maaamaaaaaaaaa” ............

“April, kamu kenapa nangis sayang?” Tanya papah April yang khawatir pada April karna melihat April yang tengah menangis tersedu-sedu. “Lia inget mamah, pah. Andai, Lia gak minta es krim sama mamah. Pasti mamah sekarang masih hidup pah. Masakin makanan favorit Lia. Hikss.... hikss.. hikss...” jawab April sambil menangis tersedu-sedu. “sudahlah sayang. Mamah sudah tenang disana. Ini semua bukan salah April koq. Ini semua udah takdir dari Allah, sayang. Lagi pula gak ada gunanya juga kamu menyesali ini semua. Toh, itu sudah 6 tahun berlalu. Ayolah April kamu sudah besar, sebentar lagi kamu sudah berumur 17 tahun sayang. ” Ucap sang papah mencoba menenangkan April sambil memeluk April yang masih menangis tersedu-sedu, dan tanpa diketahui April papahnya pun meneteskan air mata.

Kejadian itu memang sudah 6 tahun berlalu. Mamahnya meninggal disaat April berusia 11 tahun, dan sekarang usia April menuju 17 tahun. Lama memang namun April belum bisa melupakan sosok mamahnya yang memiliki nama panjang Elisa Aliyani Syafitri dan April bernama lengkap Aprillia Andita Syafitri. Semenjak peristiwa itu sifat April pun berubah menjadi 180 derajat. Sekarang April menjadi jutek, cuek, angkuh, sombong, dan pemarah. April terlahir pada tanggal 4 April 1995, dan sang mamah pun terlahir pada tanggal 4 April 1975. Maka dari itu April yang dahulu sangat senang jika ingin berulang tahun sekarang dia menjadi sangat membenci tanggal lahirnya. Karna dia akan teringat pada mamahnya. Selain itu, mamahnya meninggal pada tanggal 6 April, dua hari setelah April, papah dan mamahnya pergi ke puncak untuk merayakan ulang tahun April dan mamahnya. Bahkan, April sekarang tidak ingin lagi dipanggil dengan sebutan April. Dia lebih senang dipanggil Lia. Jika ada seseorang yang memanggilnya April sontak April marah, dan moodnya pun akan langsung turun.

“papah, Lia kan sudah bilang. Jangan panggil aku April lagi, panggil aku Lia pah...” kata April sambil melepas pelukannya dan mulai menghapus air matanya. “iya sayang, maafin papah ya ?” tanya papahnya pada April. “iya.. hikss, hikss...” jawab April yang mencoba berhenti menangis. “ udah donk sayang nangisnya.” Bujuk sang papah kepada April agar April tidak menangis lagi seraya menghapus air mata di pipi April. “iya.” Jawab April masih sedikit sesenggukan. “senyum donk.” Ucap sang papah agar April mau tersenyum lagi. Karna sudah lama April jarang tersenyum. Dan April pun tersenyum. “nah, gitu kan jadi tambah cantik dan manis.” Ucap sang papah melihat April tersenyum dan melihat lesung pipi April. “apa siih papah.” Jawab April yang tersipu malu.

“Lia, papah mau ngomong sesuatu sama kamu. Sudah waktunya kamu tau.” Ucap papah serius, dengan wajah yang agak gugup. “ngomong apa pah ?” tanya April penasaran. “kamu kenal tante Erinta, kan?” tanya papah April pada April. “iya April kenal lah, tante April mamahnya kak Farel sama Alina kan ?” tanya April pada papahnya dengan raut wajah yang penasaran. “hmm, papah, papah akan menikah dengan tante Erinta bulan depan. Papah sudah persiapkan semuanya, dan undangan pun sudah papah sebarkan. Papah fikir jika papah menikah dengan tante Erinta kamu tidak akan kesepian lagi. Karna ada kak Farel dan Alina yang akan menemani kamu kan ? Maaf, karna sebelumnya papah tidak memberitahu kamu.” Ucap papahnya pada April dengan terbata-bata karna gugup, dan takut jik April akan marah. Dan hal yang ditakutinya pun terjadi. “ asal papah tau ya, gak akan ada yang bisa gantiin mamah dirumah ini.” Kata April penuh dengan emosi dan matanya pun berkaca-kaca. “tapi Lia, tante Erinta baik kok. Papah yakin dia bisa menjaga kamu dan menyayangi kamu dengan baik.” Ucap sang papah mencoba meredakan amarah April. “GAK, sekarang mending papah keluar dari kamar April. April benci papah. Lia gak mau punya ibu tiri. Sebaik-baiknya tante Erinta dia itu bukan mamah April.” Ucap April pada papahnya penuh dengan emosi. “sekarang papah mendingan keluar dari kamar April.” Bentak April pada papahnya seraya menunjuk pintu. Dan April pun sudah berani melawan papahnya.

(3 bulan kemudian.....)
“Lia, kamu sudah pulang ? makan dulu ya ? atau mau tante ambilkan ? tunggu sebentar ya sayang.” Tanya tante Erinta pada April seraya berdiri menuju dapur. “udah tau dirumah, ya pasti udah pulang lah.” Ucap April sedikit berbisik. “ini Lia makanannya. Habiskan ya ?” kata tante Erinta sambil memberikan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng kesukaan April. Praaaannnggg... “astaghfirullah...” ucap tante Erinta kaget karena makanannya dibanting oleh April. “udahlah, gak usah sok baik sama gue. Percuma lo tuh gak akan pernah bisa gantiin mamah. Pake ngasih lauk ayam goreng lagi. Gue Cuma mau makan ayam goreng buatan mamah, bukan lo !!! gue tuh masih punya kaki, gue bisa ambil sendiri.” Bentak April pada tante Erinta lalu meninggalkannya. “April, kamu bisa gak sih sopan sedikit aja sama mamah.” Ucap Alina kepada April karna kesal dan tidak terima atas perlakuan April terhadap mamahnya. April pun langsung menghentikan langkahnya dan berjalan menuju Alina. “tadi lo manggil gue apa ? April. Gue bilangin lagi ya sama lo. Jangan panggil gue April, panggil gue Lia. Ngerti gak ? dan satu hal lagi ya, dia itu mamah lo bukan mamah gue. Paham ?” ucap April tepat di depan muka Alina. Alina ingin melawan namun dicegah oleh mamahnya, dan Alina pun hanya dapat menahan emosinya. “tapi Lia, mamahku juga udah jadi mamah kamu kan sekarang.” Ucap kak Farel dengan nada yang lebih lembut. “gue harus ngomong berapa kali sih sama kalian, mamah gue itu Elisa Aliany Syafitri bukan dia. Dan gak ada satupun yang bisa gantiin posisi dia dalam hati gue.” Ucap April dengan suara agak serak dan mata yang berkaca-kaca, dan akhirnya April pun lari menuju kamarnya.

Braaakkk..... April pun langsung membanting pintu kamarnya dan di dalam April langsung menangis tersedu-sedu. Setelah sekian lama April menangis, akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah. Karena dia sudah tidak tahan lagi berada di rumahnya. Setelah, dia mengkemasi pakaiannya April mengambil kunci mobilnya. April pergi menaiki mobil honda jazz kesayangannya yang berwarna merah muda.
“ April... April... bangun sayang....” berkali-kali tante Erinta mengetuk pintu kamar April dan memanggil nama April namun tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar April. Beruntung kamar April tidak dikunci, tante Erinta pun masuk ke kamar April. Namun, ternyata April tidak ada dikamarnya. Tante Erinta pun terkejut, hanya terdapat tulisan menggunakan lipstik berwarna merah muda di cermin bertuliskan “ GAK USAH CARI APRIL LAGI.”
“ Papah, Farel, Alina....” teriak tante Erinta panik. “ada apa sih mah pagi-pagi udah teriak-teriak.” Tanya sang papah sambil menggunakan dasi. “ Pah, April kabur dari rumah.” Jawab tante Erinta sambil menangis. “Apa ?” tanya sang papah kaget dan tidak percaya, lalu sang papah pun berlari menuju kamar April. “ Ada apa, mah ?” tanya Farel dan Alina serentak tanpa sengaja. “ April... April kabur dari rumah.” Jawab tante Erinta yang menangis dan panik.

Kriiiinngggg.... kriiinngggg.... “ Biar Farel aja mah yang angkat teleponnya.” Ucap Farel sambil melangkah ke telepon rumah yang berdering. “Halo, Assalamualaikum...” ucap Farel. Setelah mengangkat telepon wajah Farel berubah menjadi gelisah. “mah, pah, na... April kecelakaan sekarang April berada di rumah sakit Anindya.” Setelah Farel berbicara mamahnya pun langsung tak sadarkan diri.
“mah, mamah sudah sadar ?” tanya Alina kepada tante Erinta saat tante Erinta membuka matanya secara perlahan. “April mana ? ayo cepat kita harus ke rumah sakit.” Ucap tante Erinta sambil memaksakan diri untuk berdiri walaupun sebenarnya dia masih lemas. “ Iya mah, sabar. Pelan-pelan.” Kata Farel sambil membantu tante Erinta untuk berdiri.

Sesampainya di rumah sakit mereka pun menuju UGD. Dan beruntung saat mereka datang tak lama dokter keluar dari ruang UGD. “ Dokter, kami dari keluarga Aprillia. Bagaimana keadaannya sekarang, dok ? ” tanya sang papah panik. “beruntung kalian datang tepat waktu. Keadaan Aprillia sekarang sangat kritis, dia membutuhkan donor darah secepatnya, kalau tidak kami sulit menolongnya. Dan bank darah di rumah sakit ini sudah habis. Adakah yang ingin mendonorkan darahnya untuk Aprillia? Bapak bagaimana ?” jawab sang dokter. “ saya diabetes dok. Saya tidak mungkin mendonorkan darah saya.” Jawab sang papah semakin bingung mendengar penjelasan dokter. “dok, kalo saya boleh tau apa golongan darah April ?” tanya tante Erinta kepada dokter dan bermaksud untuk mendonorkan darahnya. “golongan darah Aprillia AB. Ibu berminat mendonorkan darah ibu ?” tanya sang dokter kepada tante Erinta. “iya dok. Kebetulan golongan darah saya O. Bisa kan dok, jika saya ingin mendonorkan darah saya?” jawab tante Erinta. “bisa, Yasudah ibu ikut saya untuk memeriksakan darah ibu, setelah itu jika darah ibu bersih kita akan mentransfusikan darah itu secepatnya. Karena April benar-benar membutuhkan darah itu secepatnya.” Ajak sang dokter kepada tante Erinta untuk memeriksakan darah tante Erinta.

Nyawa April pun tertolong, dan April berhasil melewati masa kritisnya. Setelah beberapa lama April pun sadar. “pah,?” ucap April lirih nyaris tak terdengar. “apa sayang ? allhamdullillah kamu udah sadar.” Jawab papahnya seraya mengelus kepala April, dan mengucap syukur karna April sudah sadar. “Pah, April kenapa ?” tanya April bingung. “Tadi malem, kamu pergi dari rumah sayang. Dan disaat semua orang di rumah bingung mencari kamu telepon rumah berbunyi, ternyata pihak rumah sakit mengatakan bahwa kamu sedang kritis di rumah sakit. Papah, tante Erinta, kak Farel, dan Alina pun langsung ke rumah sakit. Dan disaat papah baru sampe dokter bilang katanya kamu butuh donor darah secepatnya, karena golongan darah AB lagi kosong di bank darah.” Jawab papah panjang lebar kepada April. “terus siapa yang donorin darah buat Lia?” tanya April yang bingung dan penasaran siapakah yang menolongnya karena April merasa berhutang nyawa kepada orang yang telah mendonorkan darahnya. “Lia merasa berhutang nyawa pah sama orang itu?” tanya April yang semakin penasaran karena papahnya hanya diam dan tidak menjawab sama sekali pertanyaan itu. “yang mendonorkan darah itu... Tante Erinta.” Jawab papahnya gugup. “apa tante Erinta ?” jawab April kaget seolah tak percaya ternyata yang mendonorkan darah itu adalah orang yang selama ini dia hina, April pun merasa bersalah. “Sekarang tante Erinta mana pah ?” tanya April pada papahnya. “Lia mau minta maaf, Lia bener-bener merasa bersalah sama tante Erinta karena selama ini Lia selalu menghina dan menyakiti hati tante Erinta.” Ucap April pada papahnya supaya papahnya mau memberitahukan dimana keberadaan tante Erinta. Sang papah seolah-olah tidak percaya karena ia kira April akan marah namun ternyata April berniat untuk meminta maaf padanya. “tunggu sebentar ya sayang. Papah panggilin tante Erinta. Tapi kamu benar-benar ingin meminta maaf padanya?” tanya papahnya kepada April karena masih kurang percaya. April hanya mengangguk dan tersenyum papahnya. Papahnya pun keluar kamar dan memanggil tante Erinta. Tak lama kemudian tante Erinta, kak Farel dan Aliana masuk ke dalam ruang perawatan April. “tante maafi Lia ya. Selama ini Lia jahat sama tante, Lia selalu menghina tante dan berlaku kasar sama tante. Lia benar-benar minta maaf tante.” Ucao Lia kepada tante Erinta sambil menangis dan menggenggam tangan tante Erinta. “Sebelum kamu minta maaf tante sudah maafin kamu kok.” Jawab tante Erinta kepada April, tante Erinta pun menangis karena tak percaya dan merasa bahwa yang dialaminya sekarang adalah mimpi. “ Alina, kak Farel. Maafin aku juga ya kalo aku punya salah sama kalian.” Ucap April seraya menoleh ke arah Farel dan Alina yang berada di sebelah kiri tempat ia berbaring. “iya aku udah maafin kamu kok.” Ucap kak Farel. “aku juga udah maafin kamu kok.” Ucap Alina. Mereka pun saling tersenyum satu sama lain.

Setelah peristiwa itu, mereka pun menjadi keluarga yang bahagia dan rukun. April pun sudah mau memanggil tante Erinta dengan sebutan mamah. Selain itu, April pun sudah mau merayakan ulang tahunnya dan ia pun bersedia jika dipanggil April lagi.

***TAMAT***


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/07/cerpen-islam-durhaka-seorang-anak-tiri.h

Tidak ada komentar:

Posting Komentar